What’s Next for Indonesian Game Industry : A Personal Manifesto
Halo semuanya! Nama saya Fadhil, seorang game developer. Saya adalah penggiat industri game di Indonesia. Saya senang membuat game dan berkarir disini (sudah 10 tahun), tapi ternyata saya juga menemukan ikigai baru : ikut andil dalam membangun landscape industri game Indonesia.
Semenjak tahun 2017, saya memberanikan diri untuk bergabung mengurus komunitas Gamedev Jakarta. Disamping itu, saya juga mulai ikut menulis blog di Medium pribadi dan Kolektif Gamedev, sharing di Youtube, dan akhirnya juga mendapat kesempatan untuk membangun satu komunitas besar bernama Indie Games Group Indonesia, bersama dengan rekan — rekan profesional industri lain, dengan dukungan dari Google Play.
Dan di tahun 2024 ini, saya memutuskan untuk mengikuti proses pendaftaran untuk presiden AGI.
Melalui tulisan ini, saya ingin share mengenai apa yang saya lihat terhadap game industri Indonesia, dan keterkaitannya dengan kepengurusan AGI.
What I see about current Indonesian game Industry
Industri game di Indonesia ini jelas sudah bertumbuh selama ini ya, tapi pertumbuhannya ini bukanlah tanpa tantangan.
Seperti yang mungkin kita semua sudah aware, game dev di Indonesia ini masih banyak yang merangkak, dan kalau kita kategorikan game developer secara basis revenue / valuasi yang mereka hasilkan, bisa kita lihat seperti ini ya
Kalau kita narrow down, mayoritas studio di Indonesia ini berada di bagian bawah, dimana kita didominasi oleh studio di level non-A, dengan jumlah revenue yang relatif lebih modest dan juga jumlah employee dibawah 100 orang.
Sehingga kalau kita ditanya untuk menjawab “seberapa besar Industri lokal gamedev?”, maka bisa kita bilang memang ukurannya masih kecil jika dibandingkan dengan industri di luar dan juga dibandingkan dengan industri entertainment lain di Indonesia. Padahal, secara global, revenue dari game itu adalah yang paling besar dibandingkan dengan semua media entertainment yang lain.
Jadi, sebenarnya tantangannya apa ya?
Saya berkesempatan untuk ngobrol — ngobrol sesama leaders di Industri game, yang notabene berkebutuhan beda — beda. Secara general, it comes down kepada hal ini:
Yang pertama, itu masalah FUNDING. Bikin gamedev itu butuh duit. Masih banyak studio tuh masuk ke cycle survival, yang mana membuat development dari produknya sendiri itu jadi lebih lambat.
Yang kedua, itu adalah GO TO MARKET (GTM). Saya believe, industri lokal ini sudah bisa membuat produk, tapi saya lebih believe lagi, masih banyak dari kita yang nggak tau cara menjualnya.
Yang ketiga, itu adalah KNOWLEDGE. Bisa dibilang juga sebagai issue Talent, industri kita kekurangan talenta yang bersifat “100x” (sangat veteran). Kekurangan knowledge & talent ini membatasi kita untuk membuat produk yang berkualitas. Contohnya, sampai sekarang masih sangat sedikit game multiplayer yang bisa dibuat oleh kita, padahal ini sudah standar game internasional. Kenapa? Karena sangat sedikit talenta yang bisa menguasai ilmu networking.
Sehingga, jika kita mau industri ini jadi bangkit, kita harus bisa mencari solusi untuk menyelesaikan challenge di atas.
My Manifesto for Indonesia Game Industry
Berdasarkan hal tersebut, saya ingin mendeklarasikan sebuah manifesto :
Akses untuk FUNDING, GTM, dan KNOWLEDGE adalah kunci untuk menumbuhkan game industri di Indonesia.
Jika kita bisa menyelesaikan tantangan Funding, GTM, dan Knowledge, maka jalan untuk mencapai 10–100 GDP dari Industri game indonesia akan terbuka lebar.
The Priorities
Berdasarkan elemen kunci tersebut, kita dapat menjabarkan prioritas dari Industri yang saya harapkan ingin bisa dicapai oleh Indonesia.
Pertama, We need more means to thrive beyond survival, to innovate and scale.
Pelaku industri perlu punya lebih banyak lagi means untuk beroperasi beyond survival mode.
Agar kita bisa compete dengan industri maju yang lain, perlu banget ada intervensi baik dari pemerintah dan stakeholder terkait. This is not just limited to funding (which is super important), tapi juga dari sisi regulasi, perpajakan, coaching, inkubasi, dan sebagainya.
Saya ingin memberi contoh kepada growth dari industri game di Korea yang sangat besar dipengaruhi suksesnya oleh pemerintah (Sumber)
Kita bisa lihat bahwa kebangkitan industri game di Korea dekade lalu (khususnya MMO & e-Sport) itu memang ditunjang betul oleh desain kebijakan dari pemerintah. Dari segi infrastruktur internet, pengetahuan teknis, bahkan dukungan terhadap pamor dan glamor dari pelaku industri (Atlit e-Sport disana sudah layaknya selebritis!) ini pun didukung oleh pemerintah dan stakeholder terkait.
Kedua, We need more business leaders.
Menurut saya, ini lumayan “cerita lama” ya di gamedev Indonesia, yang normally datang dari gamers yang passionate kemudian belajar art/kode/design kemudian menjadi game developer (saya sendiri termasuk). Tapi jarang sekali orang yang memiliki background bisnis / punya ketertarikan untuk bisnis masuk ke Industri ini!
Salah satu indikatornya, di event — event yang muncul secara organik di gamedev (diluar IGDX dan Gameseed) itu akan mostly berbicara tentang membuat gamenya. Kondisi gamedev di sini sangat berbeda dengan beberapa negara lain, contohnya Turki, yang cukup banyak dipenuhi oleh diskusi — diskusi seputar bisnis.
Orang — orang bisnis inilah yang cukup diperlukan untuk menaikkan growth industri kita ke depannya. Untuk ini, saya berharap muncul dari dua tempat : orang — orang dari role produksi bertransisi ke bisnis, atau orang — orang bisnis diluar gamedev yang pada akhirnya tertarik dan join masuk ke industri game. Orang yang muncul dari kedua tempat ini juga sangat perlu untuk kita nurture dan growth, sehingga diperlukan juga sebuah institusi dan wadah akselerasi agar kualitas dan kuantitasnya akan bisa tercetak dengan baik.
Ketiga, We need more knowledge leaders.
Untuk mencapai kualitas yang setara dengan kualitas industri internasional, kita perlu lebih banyak menarik knowledge internasional kepada kita. Saya sangat berharap kita bisa bekerjasama dengan talenta internasional sehingga knowledge kolektif di industri lokal menjadi naik secara baik. Jika kita bisa melakukan ini, maka akan lebih banyak lagi industri baru yang tercipta di kemudian hari.
Where Do We Start?
Saya percaya jika poin — poin diatas dapat terwujudkan, maka game industri kita bisa menanjak naik.
Tapi untuk itu, kita mulai darimana? Apakah dalam 5 tahun ke depan kita dapat mengubah landscape industri game Indo seperti halnya US/China saat ini? Saya rasa tidak.
Menurut saya, kita bisa start dari 3 faktor ini:
Pertama, mewujudkan skema funding dan inkubator/akselerator berorientasi bisnis yang difokuskan untuk studio yang memiliki potensi untuk di akselerasi. Jika dunia startup punya YCombinator, maka kita juga memerlukan mekanisme serupa disini. Funding diperlukan untuk memberikan ruang untuk innovate dan scale, sementara inkubator/akselerator diperlukan untuk mencetak lebih banyak lagi business leaders dan produk yang berkualitas.
Kedua, we need more larger-sized hits. Larger sized hits ini bisa diartikan ada game yang mencetak revenue belasan bahkan puluhan juta dollar, bisa juga diartikan ada major investment / major companies yang establish disini, dan sejenisnya. Kenapa kita membutuhkan hal ini? Karena ini akan membuka transfer knowledge dan lapangan kerja yang sangat besar. Jika satu pintu sukses besar sudah terbuka, maka keran regulasi dan investasi akan mengalir deras dan pada akhirnya akan menggulung inisiatif lainnya.
Inilah alasannya mengapa sangat krusial untuk mengawal Perpres percepatan gim dengan sebaik — baiknya, karena potensi growth industri yang dihasilkan sangat besar.
Ketiga, we also need more successful mid-sized studios. Saya memahami bahwa investasi yang potensi ROI nya paling besar adalah untuk invest di sedikit studio besar saja karena potensi yang dapat di recoup. Tapi, di sisi lain, kita juga melihat mulai banyak studio — studio mid-sized bermunculan dan menghasilkan revenue yang sangat besar jika dibandingkan dengan cost studionya, which what I called “The Power Indies”. Sebagai contoh, berikut data-data dari salah satu kolega kita yang dishare:
Dan juga beberapa studio mobile yang berhasil mencapai metrics yang cukup fantastis, dan saya believe bahwa revenue game mobile Indonesia juga tidak kalah fantastis.
Menurut saya, ini justru adalah sesuatu yang sangat berpotensi dijadikan “stepping stone” untuk Industri Indonesia dalam 5 tahun ke depan. Jika VN itu dikenal sebagai outsource powerhouse, why don’t make Indonesia as Indie Powerhouse?
Jika sekarang baru ada kurang dari 10 game yang mencetak revenue 1 juta USD, bagaimana jika ada 50, 100, atau 500 game?
Saya rasa, jika kita bisa memberikan kesempatan untuk studio besar untuk naik, tapi at the same time juga kita mengangkat mid-sized studio sehingga lebih banyak lagi mencetak “power indies”, maka ini akan menjadi leverage yang sangat baik untuk Industri Indonesia ke depannya.
Peran AGI di 2024 onwards
Di tahun 2024 ini, AGI telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan industri game di Indonesia (salut kepada Cipto, Adam, dan semua tim!). Melalui kerja keras mereka, AGI telah berhasil menelurkan banyak program, inisiatif, dan yang paling krusial: menjalankan peran advokasi sehingga muncul kerja sama yang erat antara industri game, pemerintah, dan stakeholder lainnya.
Ini artinya bahwa peran AGI ini sudah sangat strategis dalam Industri game di Indonesia.
Sehingga, tugas pengurus AGI berikutnya sebenarnya cukup straightforward : melanjutkan apa yang dilakukan, dan meng-”capitalize” hasil penting yang sudah di achieve. Peran AGI selanjutnya adalah memastikan bagaimana posisi strategis ini dapat digunakan untuk kepentingan yang paling baik untuk industri, dan saya berharap bahwa Manifesto yang saya buat akan bisa tercapai, oleh siapapun yang akan memimpin.
Usulan Program AGI 2024–2029
Saya mengajukan beberapa usulan program untuk AGI 2024–2029 :
Pertama, menjalankan program yang sudah ada sekarang. Program yang sudah ada sekarang sangat penting untuk terus dikawal, seperti Perpres, SKKNI, Pemberangkatan gamedev ke luar, Funding, dsb.
Kedua, menyempurnakan program inkubasi dan akselerasi (saya branding dengan IGDX LevelUP). Dengan adanya inkubasi yang berfokus ke bisnis, akan lebih banyak studio & talent yang akan tercipta, dan growth GDP akan lebih terjamin.
Ketiga, menyelenggarakan program mentorship dan juga conference, dengan mengundang talenta veteran dan menggunakan skema berjenjang. Saya namakan ini spirit Kolektif, agar terciptanya transfer knowledge yang baik, dimulai dari top talent kita, sampai kebawah.
Keempat, membuat AGI lebih sustainable agar dapat berjalan dengan baik.
Dengan adanya empat hal tersebut, besar harapan saya bahwa value dari AGI akan semakin impactful dan dapat mengakselerasi industri ini dengan lebih baik.
Kenapa daftar jadi Presiden AGI?
Beberapa tahun lalu, di acara IGDX Bali yang pertama kali (2021 kalau tidak salah), saya mendapati Cipto dan Adam sedang duduk mau sarapan. Waktu itu IGGI belum ada, dan saya baru memulai aktif “mingle” di industri. Jadilah saya duduk di antara mereka, dan saya menanyakan 1 pertanyaan kepada mereka:
“Kok mau sih jadi Presiden/Wakil Presiden AGI”?
Well, jawabannya cukup panjang ya, tapi pada dasarnya, mereka melihat kalau industri ini sedang growing, dan mereka nggak rela kalau industri ini jadi stagnan atau bahkan mundur, kalau tidak ada orang — orang yang bisa membantu industri ini. Dan mereka ingin bantu yang terbaik buat industri, dan tempat terbaik itu salah satunya di puncak AGI.
Jawaban mereka itu bikin saya mikir. Mereka nggak rela industri ini jadi mundur. Mereka mau bantu industri ini.
And I feel the same.
Pekerjaan pertama saya adalah gamedev, dan 10 tahun lewat, saya juga masih disini. Saya pun nggak rela industri ini jadi mundur, dan saya ingin semua orang yang ada di Industri ini bisa thriving dan berkarya seterusnya.
Dan seiring kapabilitas saya setelah memimpin IGGI, semakin banyak mengenal industri ini dan juga menjalankan studio sendiri, pandangan saya terhadap industri ini menjadi luas, naturally AGI adalah salah satu tempat dimana saya bisa berkontribusi lebih ke industri ini. Hingga akhirnya berjalanlah proses pemilihan AGI dari 2 tahun lalu sehingga sekarang.
Penutup
Well, what a long post!
Kalau kamu membaca sampai titik ini, terima kasih banyak! Saya harap bisa memberikan sedikit angle yang unik untuk masa depan industri game Indonesia.
Terlepas dari siapapun yang terpilih, saya sangat mendukung semua program dari kandidat lain, karena semuanya sangat mengerti landscape industri.
Dan terlepas dari program apapun yang dijalankan, it all comes down kepada willingness untuk berkontribusi, dan kemampuan kita memposisikan diri sebagai ketua AGI dan menjadi penguhubung dari game Industri Indonesia.
Semoga siapapun yang terpilih bisa menjalankan role nya dengan baik, dan juga bagi kita semua harus tetap membantu AGI agar impact program tepat sasaran, dan agar AGI agar terus sustain.
Adios!